TRADISI HENNA DI INDONESIA episode BUGIS : MAPPACCI

Monday, July 15, 2013
Mappacci

Upacara adat mappacci dilaksanakan pada waktu tudampenni, menjelang acara akad nikah/ijab kabul keesokan harinya. Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar (Lawsania alba), atau Pacci. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan biasanya dilakukan dulu dengan mappanré temme (khatam Al-Quran) dan barazanji. Daun pacci ini dikaitkan dengan kata paccing yang makananya adalah kebersihan dan kesucian. Dengan demikian pelaksanaan mappacci mengandung makna akan kebersihan raga dan kesucian jiwa. Sebagaimana yang tertera dalam ungkapan bahasa Bugis yang mengatakan bahwa:

Mappacci iyanaritu gau’ ripakkéonroi nallari ade’, mancaji gau’ mabbiasa, tampu’ sennu-sennuang, ri nia’ akkatta madécéng mammuaréi naiyya nalétéi pammasé Déwata Séuwaé
Adapun urutan dan tata cara mappacci adalah sebagai berikut :
Sebelum acara mappacci dimulai, biasanya dilakukan padduppa (penjemputan) mempelai. Calon mempelai dipersilakan oleh Protokol atau juru bicara keluarga:
Patarakkai mai bélo tudangeng
Naripatudang siapi siata
Taué silélé uttu patudangeng
Padattudang mappacci siléo-leo
Riwenni tudang mpenni kuaritu
Paccingi sia datu bélo tudangeng
Ripatajang mai bottinngngé
Naripattéru cokkong ri lamming lakko ulaweng
Ungkapan ini berarti:
Calon mempelai dipersilakan menuju pelaminan. Pelaminan di sisi para pendamping. Duduk saling berdekatan satu sama lain. Mereka duduk bersuka ria di malam tudampenni, mappacci pada sang raja/ratu mempelai nan rupawan. Tuntunlah dan bimbinglah sang raja/ratu menuju pelaminan yang bertahtakan emas.
Dalam pelaksanaan mappacci disiapkan perlengkapan yang kesemuanya mengandung arti makna simbolis seperti:
• Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon pengantin, yang memiliki makna penghormatan atau martabat, kemuliaan dalam bahasa Bugis berarti mappakalebbi.
• Sarung sutera 7 lembar yang tersusun di atas bantal yang mengandung arti harga diri.
• Di atas bnatal diletakkan pucuk daun pisang yang melambangkan kehidupan yang berkesinambungan dan lestari.
• Di atas pucuk daun pisang diletakkan pula daun nangka sebanyak 7 atau 9 lembar sebagai permakna ménasa atau harapan.
• Sebuah piring yang berisi Wenno yaitu beras yang disangrai hingga mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik sesuai dengan arti bahasa Bugisnya (mpenno rialéi).
• Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai suluh penerang, juga diartikan sebagai simbol kehidupan lebah yang senantiasa rukun dan tidak saling mengganggu.
• Daun pacar atau pacci sebagai simbol dari kebersihan dan kesucian. Penggunaan pacci ini menandakan bahwa calon mempelai telah bersih dan suci hatinya untuk menempuh akad nikah keesokan harinya dan kehidupan selanjutnya sebagai sepasang suami istri hingga ajal menjemput. Daunpacar atau pacci yang telah dihaluskan ini disimpan dalam wadah bekkeng sebagai permaknaan dari kesatuan jiwa atau kerukunan dalam kehidupan keluarga dan kehidupan masayarakat.
Pelaksanaan
Orang-orang yang diminta untuk meletakkan pacci pada calon mempelai biasanya adalah keluarga mempelai dan orang-orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan punya kehidupan kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semua ini mengandung makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup bahagia seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya.
Jumlah orang yang meletakkan pacci ke tangan calon mempelai adalah biasanya disesuaikan dengan stratifikasi sosial calon mempelai itu sendiri. Untuk golongan bangsawan tertinggi jumlahnya 2 x 9 orang atau dalam istilah Bugis “duakkaséra”. Untuk golongan bangsawan menengah sebanyak 2 x 7 orang atau “duappitu”. Sedangkan untuk golongan di bawahnya bisa 1 x 9 atau 1 x 7 orang.
Cara memberi pacci kepada calon mempelai adalah sebagai berikut:
Diambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan (telah dibentuk bulat supaya praktis), lalu diletakkan daun dan diusap ke tangan calon mempelai. Pertama ke telapak tangan kanan, kemudian telapak tangan kiri, lalu disertai dengan doa semoga calon mempelai kelak dapat hidup dengan bahagia. Kemudian kepada orang yang telah memberikan pacci diserahkan rokok sebagai penghormatan. Dahulu disuguhi sirih yang telah dilipat-lipat lengkap dengan segala isinya. Tetapi karena sekarang ini sudah jarang orang yang memakan sirih maka diganti dengan rokok.
Sekali-kali indo’ botting menghamburkan wenno kepada calon memepelai atau mereka yang meletakkan daunpacar tadi dapat pula menghamburkan wenno yang disertai dengan doa. Biasanya upacara mappacci didahului dengan pembacaan Barzanji sebagai pernyataan syukur kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabiyullah Muhammad SAW atas nikmat Islam.
Setelah semua selesai meletakkan pacci ke telapak tangan calon mempelai maka tamu-tamu disuguhi dengan kue-kue tradisional yang diletakkan dalam bosara.

MAPPACCI
Sehari sebelum akad nikah berlangsung, dilangsungkan acara mappacci atau tudampenni. Upacara mappacci adalah salah satu upacara adat Bugis yang dalam pelaksanaannya menggunakan daun pacar (lawsania alba) atau dalam bahasa Bugis disebut pacci.
Sebelum acara ini digelar biasanya dilakukan dulu penamatan al-Quran (mappanre temme) dan barazanji. Daun pacar atau pacci ini dikaitkan dengan kata paccing yang bermakna kebersihan dan kesucian. Dengan demikian upacara mappaccing ini dimaknai sebagai upacara untuk membersihkan atau mensucikan calon pengantin.
Acara mappaccing ini dimulai dengan paddupa (penjemputan) mempelai. Dengan syair tertentu mempelai akan dijemput dan diantar ke tempat yang telah tersedia. Di pelaminan tersedia benda-benda sebagai berikut:
  1. Sebuah bantal atau pengalas kepala yang diletakkan di depan calon mempelai yang bermakna penghormatan atau martabat. Dalam bahasa Bugis disebut mappakalebbi.
  2. Sarung sutera 7 lembar yang disusun di atas bantal. Ini bermakna harga diri.
  3. Di atas bantal diletakkan pucuk daun pisang yang melambangkan kehidupan yang berkesinambungan dan lestari.
  4. Di atas daun pisang diletakkan daun nangka sebanyak 7 atau 9 lembar sebagai makna menasa atau harapan.
  5. Sebuah piring berisi beras yang disangrai hingga mengembang sebagai simbol berkembang dengan baik.
  6. Tai bani, patti atau lilin yang bermakna sebagai penerang.
  7. Serta daun pacar yang bermakna kesucian dan kebersihan.
Pelaksanaan mappaccing kemudian dimulai, satu persatu keluarga dekat atau orang-orang yang dihormati akan naik ke pelaminan secara bergantian untuk mengusapkan daun pacar ke tangan mempelai. Jumlah orang yang melakukan mappacci beragam sesuai strata sosial. Untuk golongan bangsawan tinggi jumlahnya 2×9 orang atau dalam bahasa Bugis disebut duakkesera, untuk golongan bangsawan menengah 2×7 orang atau duappitu. Golongan di bawahnya 1×9 tau 1×7.
Mereka yang memberi daun pacar akan mengusapkan daun pacar yang sudah tersedia ke tangan mempelai, dimulai dari telapak tangan kanan kemudian ke telapak tangan kiri sambil membacakan doa semoga mempelai kelak akan hidup bahagia. Untuk mereka yang telah memberi daun pacar diserahkan rokok sebagai penghormatan. Jamah dahulu penghormatan ini berupa daun sirih yang dilipat lengkap beserta isinya, tapi sekarang sudah diganti dengan rokok untuk lebih praktisnya.
sumber :  http://makassarnolkm.com/mengenal-tata-cara-pernikahan-adat-bone-2/

0 comments:

Post a Comment