Malam Peugaca (Malam Berinai)
Arti
dari malam peugaca adalah malam berinai menjelang Wolinto. Dalam
upacara ini juga diadakan peusijuek calon dara baro (mempelai wanita),
dan peusijuek gaca, bate mupeh (batu giling).
Maksud
dari peusijuek adalah member dan menerima restu, serta mengharapkan
keselamatan atas segala peristiwa yang telah dan akan terjadi.
Persediaan dan Makna:
Ä Breuh Pade (Beras Padi) Melambangkan Kemakmuran
Ä Naleung
Sitambo (Rumput/ Gulma berakar kokoh) melambangkan kehidupan yang
mendapat kemudahan dan kokoh dalam mepertahankan hidupnya.
Ä On Gaca (daun pacar/ inai) melambangkan isteri sebagai obat pelipur lara sekaligus sebagai perhiasan rumah tangga.
Ä On Seunijuek (daun cocor bebek) melambangkan kesejukan.
Ä Buluekat kuneng (Ketan Kuning) Melambangkan kesuburan, kedamaian dan menonjol dalam kehidupan.
Ä On Murong (daun kelor) lambing penangkal ilmu hitam.
Ä On Manek Mano sebagai pelengkap dan memeriahkan suasana.
Seluruh
daun-daun diikat menjadi satu atau dua ikat dan ditempatkan dalam
mangkok besar yang berisi air. Bunga rampai, beras, padi ditempatkan
dalam piring kecil. Kemudian mangkok dan piring di letakkan didalam
dalong dan ditutup dengan tudung saji, lalu ditutup dengan seuhap (kain
segi empat bersulam emas atau perak dipakai untuk menutupi tudung saji).
Daun
pacar yang sudah di lepas dari tangkainya, ditempatkan dalam piring
besar didalam dalong lain. Batu giling diletakkan pada “tika meusujo”dan
dialas kain.
Upacara
peugaca ini biasanya dilaksankan pada malam hari selama 3-7 malam,
semua perlengkapan ditempatkan dipiring yang telah dihias didalam dalong
pada tika meusujo (tikar kerawang khas Aceh). Busana yang dikenakan
oleh dara baro pada upacara malam peugaca tidak terikat dan terus
berganti-ganti dari malam pertama hingga malam ketujuh.
0 comments:
Post a Comment