HENNA DAN TATTOO

Tuesday, June 4, 2013
Body painting, khususnya tato, disukai karena dianggap bisa menunjukkan identitas diri, karya seni dan tentunya keren.
Meski begitu, masih banyak yang menganggap tato sangat dekat dengan tindak kriminalitas. Pemilik tato juga dianggap sebagai remaja nakal. Kemudian munculah henna yang dianggap lebih aman ketimbang tato.
Berbeda dengan tato permanen, hena ini tidak permanen. Bahkan, untuk membuatnya kamu tidak perlu merasa tersiksa dengan
rasa sakit. Padahal kedua body painting ini sudah digunakan sejak zaman dahulu. Tato atau hena adalah juga simbol dari sebuah produk budaya di dunia. Mari kita lihat ulasannya.

Tato
Tahukah kamu tato sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu kala? Di dunia tato telah  dilakukan sejak 3000 tahun SM. Tato merupakan suatu simbol atau penanda yang membuat sang pemilik tato memiliki rasa kebanggaan dan keberanian. Tato dipercaya sebagai simbol keberuntungan, status sosial, kecantikan, kedewasaan, dan harga diri.
Di Borneo (Kalimantan), penduduk asli wanita menganggap bahwa tato merupakan sebuah simbol yang menunjukkan keahlian khusus.
Suku dayak yang menganggap bahwa tato merupakan bagian dari tradisi, religi, status sosial seorang dalam masyarakat, serta bisa pula sebagai bentuk penghargaan suku terhadap kemampuan seseorang. Itulah sebabnya terdapat aturan – aturan tertentu dalam pembuatan tato, baik dari pilihan gambarnya, struktur sosial orang yang ditato hingga penempatan tatonya.
Kita dapat juga menjumpai tradisi memperindah tubuh ini di daerah Mentawai, yang dianggap paling tua di dunia. Sayangnya, sejumlah warga asli di Borneo, Mentawai, Suku Moi di Papua banyak juga yang telah meninggalkan tradisi ini.
Mengapa kebudayaan tato ini sempat memudar dan dianggap tabu? Ternyata, masuknya unsur agama, serta perubahan fungsi tato telah merubah pandangan masyarakat terhadap seni body painting ini. Pada tahun 1960-an, para penjahat ditandai dengan tato yang kemudian muncul sebuah istilah tato penjara. Sehingga pandangan masyarakat terhadap orang bertato adalah orang yang berbahaya.
Pada era abad 21 inilah tato kembali mencuri perhatian para anak-anak muda, sebagai suatu bentuk seni meskipun tetap ada kesan negatif bagi pengguna tato. Ada pula sayangnya. Sayang sekali para pembuat tato ini tidak memperhatikan unsur kesehatannya, seperti penggunaan jarum yang tidak steril atau kandungan zat-zat berbahaya dari tinta yang dipakai.
Untuk itu berhati-hatilah. Apabila kamu ingin membuat tato lihat bahan-bahan yang digunakan. Apakah jarumnya telah steril, dan apakah mereka tidak menggunakan tinta yang  terbuat dari suspensi partikel yang larut dalam air seperti merkuri, kadmium, timah dan besi.
Menurur Prof Helen Suh MacIntosh, pakar kesehatan lingkungan dari Harvard University, tato yang tidak steril dapat mengakibatkan Infeksi HIV AIDS, Hepatitis B atau C, TBC, Mycobacterium, Sifilis, Malaria, serta lepra.
Untuk itu, kamu harus memperhatikan 3 hal seperti kondisi, profesionalitas, dan kebersihan.
Bahkan, kabarnya tato juga bisa dijadikan sebagai metode alternatif pengobatan atau terapi, dimana metode jarum untuk membuat seni tato dapat menjadi teknik baru yang efektif untuk pemberian vaksin ke dalam tubuh manusia.


Henna
Seperti tato, henna juga sudah dikenal sejak jaman dahulu. Membuat henna ini tidak sakit seperti membuat tatto, bahkan kamu juga terhindar dari bahaya pembuatan tato yang tidak steril. Selain itu, dari segi agama dan pandangan masyarakat, henna adalah seni yang “halal“.
Henna disebut juga tanaman pacar atau inai (Lawsonia Inermis). Sebenarnya, dari kebudayaan asalnya di Afrika, Mesir dan India, daun pacar atau Inai sejak jaman dahulu dikenal sebagai salah satu kosmetik yang dapat mempercantik wanita.
Kemudian, daun ini mulai dikenal di Semenanjung Medeterania, Melayu dan Indonesia menggunakan daun tersebut untuk mewarnai kuku agar terlihat cantik. Selain untuk mewarnai tangan dan kaki, daun inai bisa menjadi obat ajaib untuk mengobati luka ringan seperti kulit tergores.
Di beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh, Minangkabau, Riau, Palembang, Lampung, Betawi serta Bugis Makasar menjadikan henna sebagai bagian dari prosesi pernikahan tradisional.
Masing-masing daerah memiliki arti dan makna tersendiri untuk ritual tersebut, meski di masa sekarang ritual ini dianggap oleh sebagian kalangan masyaarakat Indonesia sebagai pelengkap prosesi pernikahan suatu adat semata.
Kini henna tidak hanya digunakan untuk pernikahan saja, tapi kamu juga bisa menggunakannya untuk pelbagai acara.

henna dan kesehatan
Tahukah kamu? Dalam sebuah literatur yang diterbitkan oleh International Journal of Pharmacy and Life Science menyebutkan bahwa di balik kecantikan dan keindahan yang ditawarkan oleh henna, ia dapat memberikan aktivitas farmakologi dalam tubuh, antara lain aktivitas hipoglikemik, antimikroba, antibakteri, inhibisi tripsin, penyembuhan luka, aktivitas sitotoksik, aktivitas antioksidan, antikorosi, antiparasitik, antitumor, proteksi hati hingga imunomodulator.
Berbeda dengan tato, selain aman henna juga memiliki efek juga sebagai antivirus, bahkan henna diharapkan nantinya dapat menjadi salah satu terapi bagi penderita AIDS. Berdasarkan uji toksisitas, henna telah terbukti memiliki efek proteksi hati yang akan mencegah toksisitas pada hati itu sendiri, efek antioksidan, dan antibakteri, sehingga dapat dikatakan pengobatan dengan ekstrak ini aman. Itulah sebabnya, kemudian henna lebih mendapat respon positif dalam masyarakat dibandingkan tato dalam kehadirannya di dunia fashion.

0 comments:

Post a Comment